SAJAK-SAJAK LORONG WAKTU

SAJAK-SAJAK LORONG WAKTU

.

Ivan Taniputera.

15 Oktober 2016

(dilengkapi 2 November 2016)

.

MASA PERTAMA

(1)

 
 
Tertunduk berjalan sang raja

Menuju singgasananya yang retak

Sudah habis kekuasaannya

Dua masa diperpanjang tidak

(2)

Dua kota itu ditinggalkan kosong

Penduduknya berlarian ke samudera raya

Anjing sedih melolong lolong

Pada dua ratus dua puluh enam adanya

(3)

Pada tempat pertemuan dua arus

Nyala merah membara di angkasa

Terjun jatuh Icarus

Seratus tiga puluh enam tak berdaya

(4)

Seratus lebih mengarak panji

Hantu hantu yang lapar

Porak poranda sudah terjadi

Tubuh-tubuh terkapar

(5)

Tubuh-tubuh melesat berlarian

Kemenangan putih merah biru

Pekik membahana nian

Sudahlah pasti diseru

(6)

Sudah begitu jalannya mentari

Orang akan memperingati lima

Dan enam akan diingati

Hati akan menjadi lambangnya

(7)

Hati intisari segenap pengetahuan

Saat KAN memasuki KUN

Jiwa air akan berkumpul demikian

Di negeri penuh halimun

(8)

Di negeri hijau kuning

Rimba raya bersungai

Wabah akan membuat hening

Bulan dua tiga akan mulai

(9)

Bulan di rasi Taurus

Sudah tentu tidak kurus

Lembu muda tanduk terhunus

Puri nan salah urus

(10)

Puri keagungan malam

Saatnya berjumpa mimpi

Bagian pertama ini telah tersulam

Sementara sudah usai.

.

MASA KEDUA

(1)

Sang pangeran lanjut usia

Dimahkotai pada kota tujuh bukit

Pilar pilar herkules asalnya

Tempat Aeskulapius penyembuh sakit

(2)

Tempat panji mentari terbit berkibar

Galangan kapal terangkat dashyat

Bumi menari berdebar debar

Ombak bergulung menghantam hebat

(3)

Dua bebek berjalan beriringan

Dari dua tembok tua kelabu

Dari situlah asalnya gerakan

Perubahan kesadaran zaman baru

(4)

Nyanyian peri siren di lautan

Suatu penemuan keantikan lampau

Dinding batu bawah ombak keabadian

Istana dasar laut terlupakan ribuan masa

(5)

Naga merah meliuk ke timur

Melindungi paruh atasnya yang kecil

Rajawali biru merah bercakar berat

Hinggap di paruh bawah nan mungil

(6)

Oh siapakah ksatria yang sanggup menahannya

Raksasa garang beroda baja

Menggali gorong-gorong bumi perkasa

Dua benua terhubung sudah.

(7)

Pertempuran itu sudah berlalu

Menyisakan jalan-jalan berlubang

Gedung-gedung menjadi arang abu

Jenderal botak rajai negeri sisa perang

(8)

Di tahun ayam kegentaran besar

Gajah raksasa menapak bumi

Goncang sudah negeri besar

Bagai guncangan tali rami

(9)

Garis balik utara

Pangeran mengejar putri raja

Salju tercurah tanpa suara

Menutupi kepingan-kepingan baja

(10)

Binatang-binatang hitam

Pada kemunculan bintang berekor

Merajalela penyakit demam

Darah merah merona dalam bokor

.

MASA KETIGA

(1)

Singgasana para raja

Cucuran bunga api merah merona

Senja langit jingga

Berkobar menyambar angkasa

(2)

Revolusi besar dimulai di tengah badai

Mereka akan disebut Anak-Anak Badai

Menyebar laksana angin menghembus api

Perubahan besar sudah terjadi

(3)

Ditingkah paduan suara sumbang

Berharap ia tumbang

Jatuh dari gelanggang

Namun ia tetap terpilih menang

(4)

Demikianlah sudah tergurat dan tersurat

Jalannya nasib semesta keramat

Dari Timur berjalan ke Barat

Akan bersatu dua budaya adat istiadat

(5)

Sastrawan besar dari Timur

Pujangga seumur umur

Menaiki panggung hadiah termashyur

Menerima penghargaan luhur

(6)

Ia yang luhur tulus

Mendapatkan dua penolong berbudi halus

Seorang dikiri seorang dikanan sudahlah harus

Barulah dapat berjalan lurus

(7)

Kengerian besar di negeri air mancur

Mendadak semua hancur

Jerit tangis apa lacur

Menolong yang terkubur

(8)

Semua begitu terkejut

Semua begitu takut

Bingung carut marut

Luka terparut-parut

(9)

Siapa kenal Orakel delphi

Warisan negeri Yunani

Seorang pemimpin baru akan berdiri

Akhiri masa resesi

(10)

Malam terus mendaki

Hampir mendekati pagi

Saatnya istirahat lagi

Esok menulis kembali.

.

MASA KEEMPAT

(1)

Anjing-anjing perang

Di tengah padang gersang

Menggonggong di dekat kilang

Yang kalah pasti hilang

(2)

Panji-panji kanan kalahkan kiri

Sang penguasa baru di Ungari

Sebagian menjadi anak tiri

Semua hanya tuk anak negeri

(3)

Putera mahkota menanti jadi raja

Akhir masa penantian tiba

Tapi tiadalah kesukaan rakyat padanya

Memerintah tanpa cinta karisma

(4)

Kegelapan tak tertembus

Olehnya sebuah kota terbungkus

Badai hebat membuatnya putus

Demikian semua jadi minus

(5)

Rakyat bergerak berarak arak

Di sebuah negeri pasir gemeretak

Menentang rajanya nan lama tiada gerak

Riuh nian suara sorak-sorak

(6)

Hingar bingar suara seruling

Sesudah itu mulai hening

Ternyata sudah musim fruehling

Merah terpilih melalui voting

(7)

Renik-renik peradaban

Berabad-abad sudah berjalan

Malam telah semakin depan

Saatnya istirahat di atas dipan

(8)

Sirine telah meraung-raung

Terdengar jauh ia bergaung

Demikianlah di negeri burung

Dentuman mengejutkan jantung

(9)

Ia memperingati limapuluh tahun

Di antara aneka daun

Musik lambat mengalun

Pria tua berlagak pikun.

(10)

Sebentar lagi terbit mentari

Tanda sudah berganti hari

Sementara cukup jari menari

Istirahat dulu nanti disambung lagi.

.

MASA KELIMA

(1)

Namanya seperti pembawa berkat

Bagi bangsanya datangkan hormat

Negerinya penuh rahmat

Semuanya takjub terpikat.

(2)

Di negeri itu orang hanya bisa makan bubur

Tiada lagi yang tumbuh subur

Jangankan lagi daging apalagi telur

Perang saudara semua hancur.

(3)

Siapa terdepan akan jadi terbelakang

Bagai semut orang akan hengkang

Banyak tiada terbilang

Semua terbang bagai belalang.

(4)

Oh sudah tiada kota itu

Ditelan dashyatnya samudera bagai hantu

Dulu banyak orang berlalang lalu

Ibukota Timur ia disebut begitu.

(5)

Curahan semesta alam

Mengguyur tembok pualam

Hanya dalam satu malam

Kota bertirai bambu tenggelam.

(6)

Perundingan antara dua raja

Membawa pedang baja

Penguasa istana merah senja

Akan lebih berjaya

(7)

Kereta melebur hancur

Terbolak-balik bagai air mancur

Apa daya ia dashyat berbentur

Meluncur keluar jalur

(8)

Tembok berbatu tulang

Nampak bersilang-silang

Di situlah ditemukan yang hilang

Dalam wujud kering belulang.

(9)

Negeri yang ada di bawah pelangi

Memilih rajanya lagi

Di bawah gantang terdapat ragi

Hamba sahayanya tiada terbagi

(10)

Jika tujuh sudah datang

Sembilan akan muncul

Akan berbaris menjelang petang

Sambil memanggul umbul-umbul.